Di dalam berbagai kesempatan pertanyaan di atas di kemukakan dalam berbagai bentuk.
Ceu Betti, begitu Gus Dui menyapa di Blog saya, Salut sama ceuceu, punya jabatan mentereng, nama keluarga mentereng, anak-anak yang manis dan ...tentu saja suami yang legit. Ceu Betti,ngapain repot-repot mau jadi ketua IA ITB ? Apakah IA ITB ini adalah kendaraan yang berguna ? Kok saya melihatnya seperti seonggok mobil yang tidak punya bensin. Nangkring saja dan cuma dipanasin saat mau pemilu saja. Tolong dwong kasih pencerahan agar saya tergugah untuk ikutan pemilu.
Zaman kuliah di Arsitektur dulu, saya sangat aktif di himpunan sebagai SekJen. Setelah lulus di tahun 1984, hubungan dengan ITB terputus cukup lama. Baru di tahun 2004 ketika Alumni ITB angkatan 79 bermaksud mengadakan reuni ke 25, saya diminta untuk menjadi ketua panitia. Dengan senang hati amanah itu saya jalankan, Alhamdulillah, jerih payah tim panitia reuni tidak sia-sia, acara berlangsung sangat baik dan kami berhasil memberikan sumbangan yang cukup signifikan untuk ITB.
Pengalaman memimpin reuni itu mengajarkan beberapa hal pada saya:
- Ada banyak alumni ITB yang potensial yang dengan senang hati akan membantu sesama alumni dan ITB untuk sukses, apabila ada sarana yang praktis dan menyenangkan untuk menyalurkannya.
- Meskipun memimpin reuni makan banyak waktu dan tenaga, namun saya pun mendapat manfaat : senang bertemu kawan lama, belajar banyak ilmu kepemimpinan yang sifatnya informal, jejaring pun menjadi lebih luas.
Disini observasi saya bertambah lagi :
- Hubungan antara ITB dan Alumninya dan hubungan ITB dengan industri belum terbangun dengan baik.
- Komersialisasi hasil riset-riset ITB serta pembangunan entrepreneurship di ITB belum terjadi. Banyak penyebabnya, satu diantaranya adalah sinergi antara ITB, alumni dan Industri belum terjalin dengan baik.
Lalu, kenapa saya rela melepas posisi saya sekarang untuk ini semua ? Dengan sejujurnya saya sampaikan, setelah 23 tahun saya berkarir di IBM, 2 kali mendapat penugasan internasional dan sejak tahun 2000 telah mencapai posisi puncak di IBM Indonesia , saya merasa cukup dan sekarang ingin melakukan kegiatan yang sifatnya sosial. Saya percaya, untuk mendapatkan kepercayaan dan kontribusi dari banyak pihak, organisasi sosial perlu dikelola secara profesional dan transparan. Pengalaman, rekam jejak dan jejaring yang saya miliki akan sangat membantu disini.
Apa yang akan saya peroleh dari ini semua ? Saya yakin ilmu kepemimpinan saya akan bertambah dalam dimensi yang berbeda dari yang saya peroleh selama memimpin korporasi dan jejaring saya pun akan bertambah luas. Dua hal ini saja sudah cukup bagi saya untuk melakukan pekerjaan ini.