Senin, 10 Agustus 2009

Beasiswa "ITB untuk Semua" Selanjutnya Apa ?


Hari ini, 10 Agustus 2009, adalah hari kuliah pertama bagi para mahasiswa baru ITB, termasuk bagi 40 mahasiswa penerima beasiswa “ITB untuk Semua” yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.

Program "ITB Untuk Semua" adalah suatu skema penerimaan mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung yang secara khusus menyediakan bangku kuliah bagi para lulusan sekolah menengah umum dari keluarga yang tidak mampu secara ekonomi. Uang pendidikan, ongkos tempat tinggal, dan biaya hidup selama menempuh kuliah di Bandung didanai beasiswa "ITB Untuk Semua". Dana yang disediakan untuk menempuh ilmu selama 4 tahun termasuk biaya hidup bagi masing-masing mahasiswa adalah Rp. 100.000.000.

Merancang dan menjalankan program Beasiswa ITB untuk Semua merupakan kerja keras bagi panitia dan para relawan, baik didalam menggalang donasi maupun dalam merekrut dan membimbing para mahasiswa muda ini. Menggalang dana donasi di tengah suasana krisis ekonomi memang bukan perkara mudah, apalagi usaha penggalangan dana dimulai di tengah tahun, dimana bagi banyak perusahaan, penggunaan dana CSR sudah ditentukan sejak tahun sebelumnya. Kami bersyukur berhasil menggalang dana sejumlah Rp. 4.3 milyar, yang berasal dari donasi perusahaan, perorangan, kelompok dan donasi kolektif.

Tantangan lain yang tidak kalah rumitnya adalah menjaring calon mahasiswa pandai dari keluarga miskin dari daerah-daerah di seluruh Indonesia. Beasiswa ini mensyaratkan bahwa penerima datang dari keluarga berpenghasilan di bawah Upah Minimum Regional. Kebanyakan dari mereka, mimpipun tidak untuk bisa kuliah di ITB. Itu sebabnya dibutuhkan usaha ekstra untuk menjemput bola, menyampaikan berita baik ini keseluruh pelosok negeri, agar mereka yang memenuhi syarat segera mendaftar. Berbagai jalur kami manfaatkan untuk menyebar berita ini, melalui sekolah-sekolah, klub guru Indonesia, alumni, keluarga mahasiswa ITB dan tentunya juga melalui situs web, milis dan jejaring sosial.

3170 pendaftar masuk sampai dengan hari penutupan, dari jumlah itu kami menseleksi 200 yang terbaik berdasarkan nilai akademis dan potensi kepemimpinannya. 200 kandidat ini lalu kami biayai transportasi, penginapan dan biaya tesnya untuk ikut tes penerimaan mahasiswa di Bandung. Kami bersyukur 40 diantaranya lulus ujian saringan masuk dan di terima di ITB. Penerima beasiswa datang dari berbagai daerah : Tuban, Trenggalek, Semarang, Kediri, Bandung, Pemalang, Nganjuk, Balikpapan, Sidoardjo, Banyuwangi, Banyumas, Klaten, Cibinong, Yogyakarta, Tana Toraja, Cilacap, Purwokerto, Lampung, Mojokerto, Bogor, Gorontalo, Jambi dan Jakarta. Pekerjaan orang tua mereka diantaranya adalah supir, tukang baso, buruh tani, guru, pensiunan, penjahit, pedagang kelontong dll.

Agar tidak mengalami kesulitan ketika kuliah nanti, mereka kami bekali dengan program bridging selama satu bulan yang berisi pemupukan softskills dan penguatan mafiki (Matematika, Kimia dan Fisika). Semoga mereka bisa menyelesaikan kuliah dan lulus dengan baik, dan kelak bisa kembali kedaerahnya dan menjadi agen perubahan di lingkungan sosial asalnya.

Program Beasiswa “ITB untuk Semua” edisi perdana sudah bergulir, banyak pengalaman dan pelajaran yang kami peroleh selama proses ini. Berhasil menggalang dana sejumlah Rp. 4.3 Milyar dan menjaring 40 mahasiswa yang bisa lulus ujian saringan masuk ITB yang super kompetitif adalah pembukaan yang bagus. Namun demikian, kami bercita-cita agar paling tidak kami bisa meningkatkan jumlah ini menjadi 10 % dari jumlah mahasiswa baru yang di terima di ITB. Ini artinya, 300 mahasiswa dan Rp. 30 Milyar donasi yang harus diupayakan. Sebuah cita-cita yang ambisius dan penuh tantangan memang. Namun kami percaya itu adalah cita-cita yang mulia dan kami percaya pula bahwa apabila kita menghendaki sesuatu dengan sungguh-sungguh maka seluruh alam akan berkonspirasi untuk membantu kita mencapainya.

Melalui artikel ini kami ingin mengajak semua pihak untuk mendukung program ini. Semoga kita semua bisa bahu membahu membuka kesempatan bagi keluarga miskin untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya ke salah satu perguruan tinggi terbaik di negeri ini, dengan harapan melalui pendidikan ini nasibnya bisa berubah.

Informasi lebih lengkap tentang program ini bisa dilihat di itbuntuksemua.com

Salam hangat penuh semangat
Betti Alisjahbana
Ketua tim penyelenggara
Beasiswa ITB untuk Semua

Keterangan foto :
Para penerima beasiswa “ITB untuk Semua” berfoto bersama Gubernur Jawa Barat, Rektor ITB, Anggota MWA ITB dan sebagian relawan.

Minggu, 21 Juni 2009

Memuaskan Pelanggan

Belum lama ini berita di berbagai media di ramaikan oleh cerita tentang Prita Mulyasari versus Rumah Sakit Omni International. Prita yang tidak puas dengan cara diagnosa dan pengobatan yang di alaminya di Rumah Sakit Omni International, menuliskan ketidak puasannya tersebut dalam sebuah e-mail yang di kirim kepada 10 orang kawan-kawannya. E-mail berjudul “Penipuan Omni International Hospital Alam Sutera Tanggerang” ini rupanya ber edar luas dan menuai tuntutan perdata dan pidana atas pencemaran nama baik dari pihak Rumah Sakit Omni International kepada Prita. Prita pun harus mendekam di rumah tahanan selama 3 minggu, sebelum kemudian mendapat penangguhan penahanan dan menjadi tahanan kota.

Kasus ini bisa di bahas dari berbagai sudut pandang, mulai dari Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasat 27 ayat 3 yang sangat lebar interpertasinya, Jaksa yang diindikasi mendapat pesanan sampai dengan kebebasan berekpresi di dunia maya yang terasa terancam.

Kali ini saya hendak membahasnya dari sudut yang lain, yaitu sudut pandang memuaskan pelanggan. Saga ini sebetulnya asal muasalnya adalah pelanggan yang tidak puas dengan layanan rumah sakit. Bila saja Rumah Sakit Omni International menangani ketidak puasan pleanggannya dengan baik, tentunya rentetan peristiwa yang ujung-ujungnya merugikan citra Omni International secara masif ini tidak perlu terjadi.

Kemampuan melayani pelanggan salah satu kunci sukses wirausaha
Dalam situasi ekonomi yang penuh tantangan, mempertahankan pelanggan sangat penting bagi keberhasilan usaha. Bila kita tidak memberikan alasan yang kuat bagi pelanggan untuk tetap setia, pesaing akan memberikan alasan pada mereka untuk meninggalkan kita. Memuaskan dan mempertahankan pelanggan akan memicu keuntungan bisnis. Perusahaan yang memberikan kualitas layanan yang secara konsisten baik memberikan keuntungan 2 kali lebih besar.

Jauh lebih murah menjaga hubungan dengan pelanggan yang ada dan menjual kepada mereka, dibandingkan dengan menjual kepada pelanggan baru. Berbagai survey yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa mempertahankan pelanggan, 5 sampai 7 kali lebih murah dibandingkan dengan menarik pelanggan baru. Karenanya menjaga keluasan pelanggan sangat penting.


Penyebab utama perusahaan kehilangan pelanggan adalah ketika petugas kurang menunjukan perhatian dan kepedulian pada pelanggan.

Dalam sebuah survey, alasan ini menduduki peringkat pertama dengan 68%. Sementara tidak puas dengan produk ada dalam posisi ke dua dengan 14 %.

Komponen Kepuasan Pelanggan.
Ada tiga komponen utama yang sangat berpengaruh pada kepuasan pelanggan. Komponen pertama adalah orang atau layanan personal. Pengetahuan dan ketrampilan orang-orang yang kita pilih, kemampuan mereka untuk mengerti kebutuhan pelanggan dan melayani pelanggan dengan penuh perhatian, dan fokus yang tinggi pada pelanggan sangatlah penting.

Komponen penting yang kedua adalah kualitas produk yang kita jual, yang meliputi fungsi, desain dan kesesuaian dengan target pasar yang kita tuju. Harga pun menentukan kepuasan pelanggan. Kita harus meyakinkan, harga yang kita patok sesuai dengan persepsi pelanggan tentang nilai yang dia dapatkan dari jasa dan produk kita berikan.

Komponen penting yang ketiga adalah proses dan sistem pendukung yang memungkinkan kita memberikan layanan yang prima secara konsisten dan berkesinambungan. Termasuk di dalamnya sistem administrasi pendukung yang effisien dan efektif, informasi pelanggan yang terjaga kekiniannya, sistem pemantauan kepuasan pelanggan yang baik, serta sistem penanganan komplain yang baik.

Mengubah Komplain Menjadi Peluang

Banyak perusahaan tidak siap menangani komplain, dan malah menyerang pelanggan karena melayangkan komplain. Tindakan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Omni International adalah salah satunya. Perusahaan yang baik, selain meyakinkan layanannya baik, juga menyediakan jalur bagi pelanggannya untuk menyampaikan masukan termasuk komplain. Masukan dan komplain harus tanggapi dengan baik, sehingga pelanggan tidak perlu mencari perhatian dengan menggunakan jalur umum seperti surat pembaca di media, atau forum milis untuk menyampaikan keluhannya.

Langkah-langkah penanganan masukan ini urutannya sebaiknya adalah :

Permintaan maaf bila pelanggan mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan. Meskipun perusahaan kita belum tentu bersalah, permintaan maaf ini lebih ditujukan untuk menunjukkan bahwa kita berempati pada pengalaman yang dirasakan oleh pelanggan.

Pahami akar masalahnya. Sering kali apa yang disampaikan pelanggan adalah suatu akibat dari suatu rangkaian proses. Kita perlu memahami akar masalahnya agar kita bisa memberikan pemecahan yang tepat.

Ambil tindakan yang diperlukan agar masalah yang dihadapi pelanggan dapat segera terpecahkan. Biasanya tindakan yang di ambil terdiri dari dua bagian, tindakan jangka pendek agar permasalahan pelanggan bisa segera teratasi, dan tindakan jangka panjang agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.

Setelah tindakan di ambil, dapat kan konfirmasi dari pelanggan bahwa tindakan yang kita ambil telah memuaskan pelanggan. Jangan sampai terjadi, kita merasa sudah memecahkan permasalahan, namun pelanggan merasa masalahnya belum selesai, sehingga mereka membawa komplain ini ke jalur lain.

Berikan penghargaan pada pelanggan karena mereka telah memberikan masukan. Kenang-kenangan kecil yang menyampaikan pesan bahwa kita menghargai masukan mereka akan memberikan kesan yang positif bahwa kita adalah perusahaan yang tau pentingnya kepuasan pelanggan dan memberikan fokus yang tinggi pada pelanggan.

Pengalaman menunjukkan, bila kita menangani komplain dengan baik, bukan saja kita bisa berhasil mempertahankan pelanggan, malah kita bisa mengubah komplain itu menjadi peluang bisnis baru.

Jadi, tunggu apa lagi, mari kita buat perusahaan kita yang terbaik dalam memuaskan pelanggan.

Salam hangat penuh semangat
Betti Alisjahbana

Mantap Menjual Ide

Siapapun kita, apapun profesi kita, keterampilan menjual ide adalah hal penting yang harus kita kuasai. Dalam era persaingan yang semakin ketat dan perubahan yang terus terjadi, tentunya ide-ide cemerlang perlu dirangsang di setiap organisasi. Namun, sering terjadi, ide cemerlang mati sebelum berkembang hanya karena kita tidak piawai membuatnya didengar dan didukung.

Banyak orang tidak bisa menjual idenya. Beberapa karena takut idenya ditolak, beberapa yang lain karena tidak mau meluangkan waktu dan energi untuk mempersiapkan suatu presentasi ide yang efektif. Ada juga yang tidak tahu bahwa ide harus dijual.

Untuk membuat ide dapat dijual, dibutuhkan usaha khusus. Sering kali usaha untuk menjual ide ini malah lebih besar dibandingkan dengan membangun idenya sendiri. Kita harus bisa menerangkan ide kita dengan sangat jelas. Jangan harap orang akan menerima ide kita bila mereka tidak memahaminya. Ide-ide yang bisa diuji sebaiknya diuji. Suatu ide yang sudah diuji akan jauh lebih meyakinkan dibandingkan dengan yang belum diuji. Di bawah ini adalah beberapa kiat untuk menjual ide.

Kredibilitas Menentukan

Ketika mengevaluasi suatu ide, biasanya orang cenderung melihat: siapa yang mengajukan ide ini, apakah ia kompeten di bidangnya, dan apa pengalaman dia sebelumnya? Apakah orang ini jujur dan terbuka, atau adakah yang disembunyikannya?

Bila pengalaman dan kredibiltas kita belum terbangun, ada baiknya kita mencari orang yang lebih berpengalaman untuk mengevaluasi, memberikan masukan, dan menjadi orang yang akan membawa ide kita ke orang-orang yang perlu diyakinkan.

Bungkus dengan Narasi Meyakinkan

Orang biasanya tidak hanya melihat angka-angka di balik suatu ide, tetapi juga cerita di balik ide itu. Bungkus ide dengan narasi yang relevan dengan kejadian-kejadian masa kini, khususnya yang hangat dalam lingkungan organisasi yang bersangkutan. Misalnya bila organisasi baru saja kehilangan pangsa pasar, hal ini biasanya menjadi pusat perhatian para pimpinan. Bila ide kita bisa membantu membuat perusahaan merebut pangsa pasar kembali, tentunya ide itu akan mendapatkan perhatian lebih.

Membangun narasi yang kuat, yang menunjukkan bagaimana ide kita akan memecahkan masalah yang relevan dan penting dalam suatu organisasi, akan sangat membantu membuat ide kita diterima. Berikan sesuatu yang mudah diingat dan dibicarakan.

Petakan Ide dari Sisi Pengambil Keputusan

Pengambil keputusan akan melihat ide kita dari perspektifnya. Karena itu, ide harus ditampilkan sedemikian rupa sehingga menjawab kebutuhan bisnis yang bersangkutan. Tentunya akan sangat menolong bila kita mengenal orang-orang yang akan mengevaluasi ide kita: bagaimana temperamennya, bakat-bakatnya, dan preferensi mereka. Dengan menempatkan diri kita di posisi mereka dan mencoba untuk membayangkan bagaimana reaksi kita bila ada di posisi mereka, kita bisa mengantisipasi dan menjawab penolakan-penolakan yang mungkin timbul.

Evaluator juga biasanya melihat suatu ide dari sudut pandang posisinya. Bila kita bicara dengan manager TIK, maka beri penekanan pada masalah-masalah teknis. Sebaliknya, bila kita bicara pada manajer keuangan, pembicaraannya kita fokuskan pada bagaimana ide kita menjawab kebutuhan untuk mengontrol biaya.

Suatu keputusan besar biasanya melibatkan satu tim pimpinan senior, masing-masing dengan keahliannya. Tugas kita adalah menjawab fokus perhatian dari masing-masing tim penilai ini.

Secara umum, di bawah ini adalah fokus perhatian masing-masing pimpinan senior:

  • Chief Executive Officer: Apakah ide ini akan meningkatkan nilai perusahaan?
  • Chief Financial Officer: Return on Invesment-nya (ROI) seperti apa?
  • Chief Operating Officer: Dapatkah ide ini dijalankan?
  • Chief Information Officer: Apakah sistem TIK-nya bisa menjalankan ide ini?
  • Chief Marketing Officer: Apakah pasar bisa mengerti dan menerima ide ini?
  • Chief Sales Officer: Apakah pelanggan akan membelinya?

Tangani Potensi Resiko

Jangan menganggap ringan potensi masalah yang bisa timbul. Antisipasi berbagai problem dari awal dan bersiaplah dengan respon yang meyakinkan. Kita bisa minta pendapat orang-orang yang kita percaya untuk memberikan masukan tentang batu sandungan yang mungkin timbul.

Misalnya, bila kita mendapat masukan, “Ide ini pernah dilakukan sebelumnya, tapi tidak jalan”. Bersiaplah dengan jawaban mengenai beda antara ide kita ini dengan yang sebelumnya, dan paparkan secara persis faktor-faktor apa serta situasi apa yang membuat ide kita ini lebih besar kemungkinannya untuk sukses.

Bila potensi penolakannya ada pada faktor biaya yang dikuatirkan akan tinggi, maka kita perlu mempersiapkan spreadsheet bagaimana ide kita ini bisa masuk dalam anggaran yang telah dialokasikan. Salah satu cara untuk mengurangi risiko adalah dengan memulainya dengan sebuah pilot program.

Bangun Momentum agar Ide Bergerak Maju

Sepanjang mempresentasikan ide, perhatikan reaksi dari tiap pengambil keputusan. Yakinkan keragu-raguan mereka terjawab dengan baik. Bila belum terjawab, sepakati tindak lanjut yang akan dilakukan untuk menjawabnya.

Pada akhir presentasi, sarikan poin-poin penting, manfaat yang bisa dicapai dengan ide kita, kebutuhan yang ada atau yang bisa dibangun yang akan terjawab dengan ide kita, serta alasan kenapa ide kita pantas untuk direalisasikan.

Ketika kita mendapat lampu hijau, dapatkan kesepakatan tahap berikutnya. Jangan biarkan momentum yang telah terbangun menjadi mentah kembali. Kita perlu pantang menyerah, tetapi jagalah agar tetap sopan dan sabar. Jangan sampai ide kita ditolak hanya karena kita tampak terlalu ngotot.

Selamat membangun ide dan menjualnya dengan mantap.

Salam hangat penuh semangat

Cerdik Mengelola Keuangan

Teori Parkinson mengatakan : “ Pengeluaran meningkat sesuai dengan penghasilan.” Artinya sejalan dengan meningkatnya penghasilan, maka pengeluaran kita pun akan meningkat. Ini akan berlangsung, terlepas dari berapa besarnya pun penghasilan kita. Dengan berjalannya waktu, kita akan membangun kebiasaan untuk membelanjakan berapapun penghasilan kita.

Ketika menerima gaji pertama di IBM, saya sempat merasa penghasilan saya sangat besar, rasanya tidak mungkin menghabiskan uang penghasilan itu. Tetapi ternyata tidak lebih dari enam bulan, gaya hidup pun berubah, menyesuaikan dengan penghasilan tersebut. Ketika ada kenaikan penghasilan pun, pengeluaran segera menyesuaikan. Alhasil, bertahun-tahun bekerja, jumlah aset yang dimiliki tidak seimbang dengan jumlah penghasilan.

Beruntung sekitar 12 tahun yang lalu saya membaca buku “Investing for Dummies” yang mebahas berbagai jenis dan cara investasi. Setelah membaca buku itu saya jadi terterik untuk mempraktekkannya. Untuk itu saya harus menyisihkan uang untuk investasi. Kebiasaan ini sampai sekarang saya lakukan

Banyak orang merasa kesulitan untuk menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk investasi, karena itu artinya, mereka harus menurunkan standard hidupnya. Pendekatan yang bisa dicoba adalah berjanji untuk menyisihkan 50 % dari setiap kenaikan pendapatan yang akan kita dapatkan sejak hari ini. Jadi kalau bulan depan pendapatan kita naik 15 %, maka 7,5 % diantaranya langsung disisihkan. Buatlah rekening bank terpisah, sehingga uang yang akan investasikan ini tidak tercampur dengan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Ini lebih mudah dilakukan karena kita tidak perlu menurunkan standard hidup kita. Dengan cara ini, ketika kita melakukannya dengan disiplin maka lama-kelamaan kita akan bisa menyisihkan 15 % lalu 20 % lalu 30 % dari pendapatan kita.

Gembira Dengan Tumbuhnya Aset

Kebanyakan orang mengasosiasikan membelanjakan uang dengan kebahagiaan dan mengasosiasikan menabung dengan penderitaan. Kita harus merubah pola pikir ini. Tugas kita untuk mulai mengasosiasikan menyisihkan uang untuk investasi dan melihat uang kita tumbuh sebagai kebahagiaan. Semakin kita merasa bahagia melihat simpanan kita tumbuh, kita akan semakin termotivasi untuk mengurangi pengeluaran dan menambah simpanan.

Kebanyakan orang yang sukses secara finansial, terbiasa untuk merasa gembira dan puas menyisihkan uang, berinvestasi dan menumbuhkan uangnya. Sebaliknya kegagalan financial datangnya dari kebiasaan untuk merasakan sebagian besar kebahagiaan dari kegiatan membelanjakan uang.

Lima Pilihan Dasar Investasi

Ketika kita membaca koran atau majalah investasi, kita bisa melihat ada banyak sekali pilihan investasi. Meskipun demikian, pada dasarnya pilihan investasi ini bisa dikelompokkan dalam lima alokasi aset: Tunai, Properti, Obligasi, Saham dan Alternatif. Penelitian menyimpulkan keputusan alokasi aset ini lebih mempengaruhi kinerja portfolio ketimbang pilihan saham mana yang dibeli dan waktu pembeliannya. Karenanya, kita perlu memberikan perhatian besar pada alokasi aset.

Dana Tunai Memberikan Rasa Aman

Investasi dalam bentuk tunai memberikan perasaan aman bahwa pokoknya tidak pernah berkurang dan dapat di ambil sewaktu-waktu. Menyimpan uang di dalam lemari, di Rekening Tabungan dan Deposito di Bank adalah contoh-contoh alokasi aset dalam bentuk tunai.

Meskipun tampaknya alokasi aset dalam bentuk tunai paling aman, akan tetapi daya belinya berkurang dengan berjalannya waktu. Dengan tingkat inflasi sekitar 7 % di Indonesia saat ini, tabungan dan deposito yang saat ini tingkat bunganya berada di kisaran 7 % lalu dipotong pajak, jelas nilainya berkurangdengan berjalannya waktu.

Umumnya alokasi aset dalam bentuk tunai dipilih ketika banyak hal sedang serba tidak pasti, dan dibutuhkan jaring pengaman dalam menghadapi ketidak pastian itu.

Properti, pondasi yang kuat.

Rumah tempat kita tinggal barangkali adalah proyek keuangan kita yang terbesar dengan asumsi kita tidak menyewanya dari orang lain. Properti yang tidak kita tinggali juga bisa menjadi pilihan investasi. Biasanya properti nilainya tidak turun bahkan apresiasi harganya lebih tinggi dari tingkat inflasi. Disamping itu properti juga mendatangkan hasil sewa. Investasi di properti bisa dalam bentuk rumah, blok perkantoran, pertokoan, pabrik dll. Lokasi dan rekam jejak pengembang sangat menentukan keberhasilan investasi properti. Kelebihan lain dari properti adalah bisa dijaminkan, sehingga sebetulnya kita tidak membutuhkan uang yang sangat besar untuk investasi di sini karena bisa menggunakan uang pihak lain (Bank).

Obligasi, memberikan pendapatan tetap lebih besar dari deposito

Obligasi yang diperjual belikan di pasar saham adalah surat hutang yang dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan. Pihak yang mengeluarkan surat obligasi akan membayar bunga pada tanggal-tanggal tertentu dan mengembalikan pokoknya sesuai yang tertera pada sertifikat obligasi pada hari yang sudah ditentukan.

Secara sederhana, obligasi dapat digambarkan sebagai berikut: Sebuah perusahaan membutuhkan uang dan Anda meminjamkannya sebesar misalnya Rp. 100 juta. Perusahaan itu menjanjikan untuk membayar bunga (kupon adalah istilah yang dipakai) sebesar 10 % setahun, yang dibayar setiap tiga bulan. Jadi Anda menerima Rp. 2.5 juta empat kali dalam setahun. Perusahaan itu juga berjanji akan mengembalikan uang yang Anda pinjamkan senilai Rp.100 juta pada tanggal yang sudah ditentukan, misalnya tanggal 1 Mei 2014.

Obligasi adalah pilihan yang baik apabila kita menginginkan pendapatan yang teratur. Obligasi belakangan ini menjadi sangat populer mengingat investasi ini lebih stabil dibandingkan dengan saham dan memberikan hasil yang lebih baik dibanding deposito. Investor perorangan bisa membeli obligasi retail secara langsung dengan menghubungi Bank atau pialang. Obligasi retail yang dikeluarkan pemerintah dan sangat populer adalah ORI. Investor perorangan bisa juga membeli obligasi melalui reksadana. Nilai reksadana obligasi ini bisa naik turun tergantung pada iklim investasi dan kemahiran manager investasi yang mengelolanya.

Saham, resiko tinggi tapi potensinya pun sangat menggiurkan.

Saham pada intinya adalah kepemilikan bagian dari suatu perusahaan. Kita bisa memliki satu lot saham dari seribu lot saham yang tersedia. Dalam hal ini maka kita memeliki seperseribu bagian dari perusahaan itu. Umumnya saham dibeli karena investor mengharapkan dalam jangka panjang saham ini akan menghasilkan keuntungan lebih besar dari tunai, properti maupun obligasi. Memang secara umum biasanya saham memberikan keuntungan terbesar, tapi hati-hati, saham juga bisa menjadi cara termudah untuk menghilangkan uang Kita.

Reksadana Saham adalah cara alternatif untuk berinvestasi di pasar saham. Cara ini sangat praktis terutama bagi para investor kecil dan bagi mereka yang tidak punya banyak waktu dan ketrampilan untuk menganalisa saham. Reksadana dirancang sebagai alat untuk mengumpulkan dana dari masyarakat yang memiliki modal dan keingingan untuk berinvestasi, tapi memiliki keterbatasan waktu dan pengetahuan. Dana yang telah terkumpul di kelola investasinya oleh Investment Manager. Reksadana saham adalah reksadana yang menginvestasikan paling tidak 80% dari dana yang terkumpul di saham.

Investasi Alternatif, macam-macam pilihan investasi.

Bagi sekelompok orang, investasi alternatif adalah barang yang bisa dikoleksi seperti karya seni, mobil antik, wine dll. Kelompok yang lain dari Alternatif adalah investasi yang merujuk pada pergerakan harga saham, komoditi dan mata uang. Beberapa dari deal ini disebut juga derivatif.
Investasi jenis ini hanya untuk investor yang sangat berpengalaman yang tahan untuk mengalami kerugian besar.

Pembahasan lebih detail untuk masing-masing jenis investasi bisa dilihat di :
Investasi Properti Semakin Memikat http://www.qbheadlines.com/investment.php?cat=9&id=53
Lebih Dalam Tentang Saham
http://www.qbheadlines.com/investment.php?cat=9&id=47
Obligasi, Memberikan Pendapatan Tetap Lebih Besar dari Deposito
http://www.qbheadlines.com/investment.php?cat=9&id=58

Setiap orang mempunyai profil risiko investasi yang berbeda, karenanya, portfolio investasi yang tepat pun berbeda-beda bagi setiap orang. Ada 2 prinsip investasi yang tidak boleh dilupakan :
Tidak akan ada hasil tanpa tindakan.
Kita harus mengambil resiko untuk mendapatkan keuntungan

Jangan lupa, kita tidak perlu kaya untuk mulai investasi, tapi kita tidak bisa kaya tanpa investasi. Jadi kita perlu mulai mengatur pengeluaran dengan lebih baik, agar kita bisa menyisihkan uang untuk investasi.

Salam hangat penuh semangat

Kamis, 09 April 2009

DPT Kisruh, Manajemen yang Buruk atau Kesengajaan ?

Tanggal 4 April 2009, ketua RT kami datang berkunjung untuk menyampaikan permintaan maaf sekaligus penyesalannya bahwa nama kami sekeluarga tidak terdaftar di DPT. Beliau menyampaikan bahwa ada perbedaan jumlah yang signifikan antara daftar pemilih yang dikirimkan dan daftar yang kemudian diturunkan sebagai nama-nama yang tercantum dalam DPT. Beliau kemudian meyakinkan kami bahwa beliau akan berusaha agar nama kami tercantum dalam DPT Pemilihan Presiden nanti.

Meskipun kecewa hak kami sebagai warga negara dirampas, tetapi kami tidak memikirkannya secara serius. Demikian juga ketika salah seorang peserta milis QBmember menanyakan kemungkinan ada konspirasi dibalik kisruh DPT ini, saya secara otomatis menepisnya dan menyampaikan pendapat bahwa ini hanya masalah manajemen yang buruk saja.

Semalam (malam menjelang pemilu legislatif), saya terjebak dalam kemacetan lalulintas Jakarta pada jam pulang kantor. Sepanjang jalan saya mendengarkan berita radio Trijaya yang melaporkan sekaligus mengintervieu berbagai pihak dan kelompok yang namanya tidak tercantum dalam DPT. Ternyata banyak sekali nama-nama yang hilang dalam DPT. Pagi ini, saya membaca berita di koran Kompas, yang headline nya : "DPT Kisruh, Rakyat Kehilangan Hak Pilih" danheadline yang lain berjudul "Mereka Pun Dipaksa Jadi Golput". Kedua berita itu menampilkan data-data tentang banyaknya nama-nama calon pemilih sah yang tidak tercantum dalam DPT, persis seperti kasus yang saya alami.

Peringatan Dini

Kisruh DPT yang terjadi belakangan ini sebenarnya mengkonfirmasi hasil audit LP3ES pada Agustus 2008 terhadap daftar pemilih yang saat itu masih berstatus sementara (DPS). Audit dilakukan secara dua arah, yakni dengan mencocokkan nama dari daftar pemilih ke masyarakat (list-to-people test) dan sebaliknya mewawancarai sejumlah orang untuk dicocokkan dengan daftar pemilih (peole-to-list test). Audit ini melibatkan lebih dari 7.800 responden di seluruh wilayah Indonesia.

Selain menemukan 20,8% pemilih belum terdaftar melalui tes people-to-list, sebaliknya melalui tes list to people, audit juga menemukan 19,8% nama yang terdapat di dalam daftar tidak lagi bertempat tinggal di alamat tersebut, baik secara permanen maupun sementara waktu. Audit juga menemukan 3,3% nama tidak valid, yakni nama yang seharusnya tidak terdaftar tetapi ada dalam daftar, karena telah meninggal dunia, nama dan alamat tidak dikenal, serta orang yang tidak memiliki hak pilih.

Kekisruhan soal DPT ini diperkuat dengan dugaan penggelembungan DPT di Kabupaten Sampang dan Bangkalan terkait pemilihan kepala daerah di Jawa Timur, kini kisruh mengenai DPT merembet ke sejumlah daerah lain seperti Ngawi, Pacitan, Magetan, dan Trenggalek; bahkan meluas pula di provinsi-provinsi lain.

Gerah daftar pemilih tetap (DPT) untuk pemilu legislatif terus dipersoalkan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menantang partai politik (parpol) bertemu dan adu data. KPU mempersilakan parpol membawa data pemilih yang diduga telah digelembungkan atau dimanipulasi."Kalau mau, atur saja pertemuan head to head KPU dengan parpol," kata anggota KPU, I Gusti Putu Artha, Selasa (24/3).

Pemerintah Terkesan Lepas Tangan ?

Pangkal penyebab kekisruhan DPT adalah sumber data dan proses verifikasi yang lemah. Daftar penduduk potensial pemilih pemilu (DP4) yang diberikan Depdagri dan menjadi dasar KPU menyusun daftar pemilih merupakan data yang buruk kualitasnya. Ini terjadi karena masalah administrasi kependudukan kita belum tertata dengan baik, belum mampu mengantisipasi berbagai persoalan kependudukan secara komprehensif seperti kepemilikan KTP ganda, kepindahan domisili, up date kelahiran atau kematian,dan sebagainya.

Sementara sumber datanya bermasalah, proses pemutakhiran data yang dilakukan KPU juga tidak maksimal; baik karena petugas lapangan (PPS dan PPDP) terlambat terbentuk ataupun karena keterlambatan pencairan dana sehingga kinerjanya tidak efektif. Menurut hasil audit LP3ES terhadap DPS (Agustus 2008) terungkap, sebagian besar petugas (65,9%) mengaku belum melakukan proses pencocokan dan penelitian (coklit).

Untuk membahas masalah DPT dan wacana penundaan pemilu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan pembicaraan informal dengan Wakil Presiden, Jusuf Kalla; Ketua DPR, Agung Laksono; dan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD. Pertemuan itu digelar seusai pelantikan Hakim Konstitusi, Harjono, di Istana Negara. Hasilnya, mereka sepakat kisruh DPT tak perlu membuat pemilu ditunda. Menteri Dalam Negeri, Mardiyanto, menegaskan persoalan DPT bukan urusan pemerintah. Pemerintah, kata dia, telah menyerahkan Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) kepada KPU sejak 5 April 2008. DP4 itulah yang diolah dan disisir KPU hingga menjadi DPT.

Belum tuntasnya permasalahan daftar pemilih tetap pada pemilu legislatif 2009 sebenarnya bukanlah tanggung jawab Komisi Pemilihan Umum semata, tetapi juga pemerintah. Pasalnya, penyusunan daftar pemilih sementara (DPS) dan DPT didasarkan pada daftar penduduk potensial pemilih pemilu (DP4) yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan Departemen Dalam Negeri.

Hal itu juga termaktub pada UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelengaraan Pemilu yang menyebutkan, meski otoritas teknis dibebankan pada institusi elektoral (KPU, KPUD, Bawaslu, dan Panwaslu), tanggung jawab atas sukses atau tidaknya Pemilu tetap jadi tanggung jawab pemerintah.

National Identity Number, Sudah Sampai Dimana ?

Seandainya kita sudah memiliki nomor identitas nasional, masalah kisruh DPT ini mestinya dapat dihindari. National Identity Number adalah salah satu Flagship program dari Dewan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi Nasional (Detiknas). Flagship yang oleh Depdagri, sebagai institusi yang bertugas untuk mengawalnya, disebut Nomor Induk Kependudukan, merupakan identitas tunggal dan kunci akses dalam melakukan verifikasi dan validasi data jati diri seseorang guna mendukung pelayanan publik.

NIK bersifat unik atau khas dan tunggal serta melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia dan berlaku seumur hidup. Konfigurasi dan struktur NIK akan terdiri dari 16 digit. Yaitu enam digit pertama merupakan kode wilayah provinsi, kab/kota dan kecamatan. Enam digit kedua merupakan tanggal, bulan, dan tahun lahir pemegang NIK. Nah, empat digit terakhir merupakan nomor urut atau nomor seri pendaftaran yang dikreasi oleh sistem sesuai nomor urut kecamatan bersangkutan.

Untuk jangka panjangnya, NIK yang tercantum di setiap KTP akan menjadi acuan kepentingan administrasi seperti pembuatan akte, pengurusan kerja dan usaha, paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen indentitas lainnya.

Entah sampai di mana kemajuan flagship Detiknas, sebuah dewan yang dipimpin langsung oleh Presiden Indonesia dan beranggotakan 11 menteri ini.

Kembali ke pertanyaan yang menjadi judul artikel ini : "Kisruh DPT, Manajemen yang Buruk atau Kesengajaan ?", sejujurnya saya tidak tau jawabannya. Yang pasti, dari informasi-informasi di atas, saya melihat pemerintah tidak serius mengambil tindakan terhadap masalah serius yang sudah terindikasi sejak dini ini.

Sekilas Tentang Branding


Seorang teman minta saya menulis tentang Branding. Sejujurnya branding adalah suatu topik bahasan yang lumayan panjang. Jadi saya mencoba membahas intisarinya saja.

Sebuah brand didefinisikan sebagai nama, istilah, ungkapan, simbul dan desain yang ditujukan untuk menjelaskan barang dan jasa yang dijual dan membedakannya dari barang dan jasa lainnya.

Suatu brand yang baik akan mencapai hal-hal sebagai berikut :

* Menyampaikan pesan dengan jelas
* Membuat / membangun kredibilitas kita
* Menumbuhkan hubungan emosional dengan prospek yang kita targetkan
* Memotivasi pembeli
* Memantapkan kesetiaan pengguna


Agar branding berhasil, kita harus mengerti kebutuhan dan keinginan pelangan / prospek kita lalu membangun dan menyampaikan pesan yang menjawabnya pada setiap interaksi dengan publik.

Brand kita akan melekat di hati dan pikiran pelanggan / prospek dan merupakan hasil akumulasi dari semua pengalaman dan persepsi selama ini.

Mendefinisikan Tujuan Brand Kita

Agar manajemen brand kita efektif, kita harus mempunyai definisi yang jelas tentang siapa target audience kita dan apa yang harus dicapai oleh brand kita.

Brand dibangun dari kepribadian, image, competensi inti dan karakteristik-karakteristik perusahaan. Impresi yang kita bentuk dan kata-kata yang digunakan oranguntuk menjelaskan perusahaan kita pada orang lain membentuk brand kita.

Brand yang kuat membangun kredibilitas, kita jadi bisa punya pengaruh yang kuat pada pasar kita dan memotivasi pelanggan dan prospek untuk membeli dari kita. Bila brand ini dibangun dengan baik, perusahaan kita akan di pandang sebagai pemimpin bukan pengikut.

Untuk mendefinisikan tujuan brand, kita perlu bertanya pada diri sendiri :
* Apa yang kita inginkan dari brand kita ?
* Apa yang kita ingin orang lain ketahui dan katakan tentang produk dan jasa kita ?

Ketika kita bisa mendefinisikan objektif kita dengan spesifik, akan lebih mudah bagi kita untuk membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya saja, bila tujuan kita adalah memposisikan perusahaan kita sebagai pemimpin di industrinya, maka kegiatan yang bisa dilakukan misalnya adalah :
* Membuat salah satu tim perusahaan kita bicara di event/seminar penting
* Memberikan kuliah pada pertemuan para profesional di industri yang kita geluti
* Menulis artikel di surat kabar , majalah atau media online


Branding dari dalam keluar

Marketing sebaiknya di mulai dari dalam keluar. Kita perlu meyakinkan semua pegawai mendukung brand kita. Untuk itu beberapa langkah perlu dilakukan :
* Selaraskan Brand, nilai-nilai dan budaya perusahaan. Yakinkan pesan brand kita sejalan dengan nilai-nilai perusahaan.
* Rekrut pegawai dengan ketrampilan dan sikap yang sesuai dengan brand perusahaan . Sistem insentif juga harus sejalan dan menunjang brand.
* Tekankan terus menerus nilai-nilai dan sikap yang merefleksikan brand perusahaan. Lakukan itu terus menerus sehingga ini menjadi sesuatu yang natural.

Konsistensi akan memperkuat image

Yakinkan bahwa setiap hal yang dilakukan perusahaan memberikan kesan yang saling memperkuat. Secara grafis artinya logo yang standard dan pilih warna perusahaan dan gaya yang akan digunakan. Secara konten, ini artinya mendefiniskan pokok-pokok pesan marketing yang secara jelas, padat dan memikat menyampaikan pesan penjualan.

Kontinuiti adalah strategi dan proses mengkoordinasikan semua elemen pesan marketing untuk mencapai tampilan dan kesan perusahaan, produk dan jasa yang konsisten dan mudah di ingat.. Kontinuiti sangat penting di jaga.

Menjaga kontinuiti ini tidak sesederhana kedengarannya. Ini membutuhkan usaha penuh dalam rentetan kegiatan marketing dari awal sampai akhir agar tidak ada hal-hal yang menyimpang yang akan mendilusi identitas perusahaan dan mengurangi efektifitas pesan marketing yang ingin disampaikan.

Brand yang kuat sangat berharga, apalagi ditengah persaingan yang sangat ketat saat ini. Karenanya sangat penting untuk mengalokasikan waktu untuk melakukan riset, mendefinisikan dan membangun brand kita. Brand kita adalah janji kita pada para pengguna dan merupakan pondasi dari komunikasi marketing.

Tentunya kita semua ingin memiliki brand yang kuat. Karenanya mulailah lakukan riset tentang kebutuhan dan keingingan target market kita lalu definisikan apa yang ingin kita capai melalui brand kita dan kesan apa yang kita ingin orang lain tangkap dan bicarakan tentang kita. Lalu rencanakan dan laksanakan kegiatan-kegiatan yang akan membuat brand kita terbentuk sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Salam hangat penuh semangat

Rujukan : sebagian materi di peroleh dari about.com

Senin, 26 Januari 2009

Merangsang Kreativitas dan Inovasi



Tahun 2009 telah dicanangkan sebagai Tahun Indonesia Kreatif. Industri kreatif diharapkan akan tumbuh dan berkembang dan memberikan kontribusi yang semakin besar terhadap perekonomian Indonesia. Kreatifitas tidak hanya dibutuhkan oleh mereka yang bergerak di industri kreatif, melainkan oleh semua, baik organisasi maupun perorangan. Ditengah persaingan yang semakin ketat dan tantangan krisis ekonomi kini, kreatifitas menjadi semakin dibutuhkan untuk sukses dan berprestasi cemerlang.

Kreatifitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk berimaginasi dan menghasilkan ide-ide baru dengan mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan ide-ide yang sudah ada dengan cara yang belum dipikirkan sebelumnya. Ide-ide kreatif yang kemudian diproses melalui beberapa tahapan sehingga menghasilkan produk atau jasa atau model bisnis disebut inovasi.

Faktor-faktor yang mempegaruhi kreativitas

Klukken, Parsons, dan Columbus [1] menginterview delapan insinyur yang dikenal sangat kreatif. Dari interview itu disimpulkan, ada empat hal yang menurut para insinyur itu mempengaruhi kreatifitas mereka :
1.Motivasi personal. Para insinyur ini mencari kesempatan untuk kreatif dan berusaha untuk mencari solusi yang baru dan berbeda, termasuk pada problem-problem yang tampak biasa.
2.Lingkungan. Para insinyur ini berkibar dalam lingkungan yang memberikan kebebasan untuk bereksperimen dan boleh gagal dalam upaya untuk mengejar ide-ide baru.
3.Keahlian dan keterbukaan. Mereka ahli di bidangnya namun tetap terbuka pada informasi dan ide-ide baru. Mereka bisa menerima pendekatan-pendekatan baru, terutama dari sumber yang diluar bidang keahliannya.
4.Proses. Para insinyur ini sangat menikmati pengalaman subjektif yang di dapat dari berbagai tantangan dan proses melahirkan inovasi. Mereka sangat terlibat dengan masalah yang ingin dipecahkannya.

Hal-hal yang menghambat kreatifitas

Semua orang punya bakat kreatif, namun demikian tidak semua orang kreatif. Mengapa demikian ? Ada hal-hal yang menghambat kreatifitas. Banyak orang menghindari dan menyangkal masalah sampai terlambat. Padahal masalah adalah peluang untuk lahirnya kreatifitas.

Merasa tidak mungkin adalah penghambat kreativitas lainnya. Ketika kita merasa bahwa sesuatu tidak mungkin dilakukan, sebetulnya kita telah kalah sebelum perang. Mirip dengan ini adalah merasa tidak mampu. Beberapa orang berpikir bahwa suatu masalah hanya bisa di pecahkan oleh ahlinya yang bukan dirinya. Mereka merasa tidak cukup cerdas dan berpengalaman. Padahal, pikiran yang optimis , sikap positif disertai dengan ketrampilam memecahkan masalah sangat besar pengaruhnya dalam kreatifitas.

Merasa tidak kreatif. Semua orang mempunyai bakat kreatif. Amati saja anak-anak ketika mereka bermain dan berkhayal, sungguh kreatif. Masalahnya sistem pendidikan saat ini telah menghambat kreatifitas. Karenanya, yang perlu dilakukan adalah membuat kreatifitas ini muncul lagi ke permukaan.

Dalam usaha kita untuk selalu tampil dewasa dan canggih, seringkali kita memupus sikap kreatif dan ceria yang menandai masa kecil kita. Padahal ketika kita bisa memecahkan suatu masalah penting, siapa yang peduli kalau kita kekanak-kanakan. Bukankah bermain itu menyenangkan ?
Tidak berani tampil beda karena kuatir pada penilaian orang lain adalah penghambat kreativitas yang lain. Seakan-akan ada tekanan sosial yang memaksa kita patuh, menjadi orang biasa dan tidak kreatif.


Sepuluh tips perangsang kreativitas

Semua orang bisa kreatif. Berikut ini adalah sepuluh tips yang bisa dilakukan untuk merangsang kreativitas :
1.Tenggelamkan diri kita dalam suatu domain atau problem. Pelajari sedalam mungkin, jadilah ahlinya. Hal ini tentu membutuhkan waktu, usaha dan komitmen.
2.Jadilah orang yang subur dengan ide. Biarkan ide mengalir tanpa evaluasi dan kritik, termasuk ide-ide yang tidak biasa, tidak masuk akal dan menggelikan. Jangan risaukan ide yang tolol sekalipun. Bila kita tertawa pada ide kita, itu artinya kita ada di jalur yang benar.
3.Gunakan alat untuk menggambarkan ide-ide dan pemikiran kita. Catat ide-ide, tuliskan semuanya langsung ketika ide itu timbul, jangan sampai lupa. Jangan andalkan ingatan kita, bisa-bisa ide brilyan kita lewat begitu saja. Selain ditulis, buatlah sketsa, gambar dan diagram. Buat modelnya dengan memanfaatkan komputer dan buat prototipenya. Visualisasi sangat efektif untuk mewakili informasi. Gambar, model dan prototipe mengantar kita pada pemahaman dan penghayatan yang lebih mendalam. Banyak karya inovatif dilahirkan dengan membuat visualisasi yang baik.
4.Lemparkan ide-ide pada orang lain. Bangun kemampuan mengkomunikasikan ide kita dengan efektif. Kita harus bisa meyakinkan orang lain bahwa ide kita patut di tindak lanjuti.
5.Hindari pengambilan keputusan yang terlalu awal. Jangan puas dengan solusi yang biasa. Bila kita tahu satu cara untuk memecahkan masalah, cari cara yang lain. Hindari tekanan untuk mencapai solusi cepat. Jangan berhenti pada ide baik yang pertama. Setiap desain dapat diperbaiki. Ketika kita punya ide yang bagus, cari ide yang lebih bagus lagi.
6.Jangan takut untuk berbeda. Hindari tekanan kelompok. Jadilah pemikir yang bebas. Evaluasi informasi dengan kritis. Pertanyakan asumsi-asumsi. Jangan terjebak pada tradisi dan kebiasaan. Ambil resiko.
7.Terbukalah pada ide-ide baru. Coba perpektif yang bervariasi, peran yang berbeda atau sudut pandang yang berbeda. Pemahaman dan sudut pandang yang berbeda bisa juga datang dari orang dengan disiplin ilmu yang lain. Individu yang kreatif seringkali bisa memberikan kontribusi pada beberapa bidang.
8.Praktekkan dan pecahkan masalah. Desain sesuatu. Bangun pengalaman yang kuat. Lakukan secara teratur. Jadikan berpikir kreatif kebiasaan dan bagian dari keseharian. Sisihkan waktu setiap hari untuk menjadi kreatif. Hadapi halaman buku kosong dan isilah dengan ide-ide.
9.Tindak lanjuti ide-ide hingga tuntas. Selesaikan proyek yang sudah dimulai. Tidak seorang pun akan tahu seberapa kreatif kita kalau kita tidak merealisasikannya dan membawanya ke masyarakat.
10.Ambil kesempatan untuk bersantai, jalan-jalan atau berenang. Manjakan diri kita dengan sesuatu yang lain. Saat-saat seperti ini akan memberikan kesempatan untuk berpikir, dan seringkali, membawa hal-hal baru untuk dipikirkan. Pemahaman yang dalam kadang-kadang datang tanpa diduga pada saat sedang santai, jauh dari lingkungan pekerjaan.

Mencapai sukses membutuhkan ketrampilan analitis, kreatifitas dan ketrampilan praktis. Selama ini pendidikan lebih memberikan fokus pada ketrampilan analitis, karenanya sering kali bakat kreativitas yang kita miliki terpendam. Yang kita butuhkan adalah membuat bakat-bakat kreatif yang terpendam muncul kepermukaan. Selamat memunculkan bakat-bakat kreatif.

Salam hangat penuh semangat

Daftar Rujukan :
[1] Klukken, P.G., Parsons, J.R., and P.J. Columbus. “The Creative Experience in Engineering Practice: Implications for Engineering Education.” Journal of Engineering Education, April 1997, Vol. 86, No. 2, 133-138.

[2]Everyday Creativity: Principles for Innovative Design, Dr. Larry G. Richards
[3] Sumber Gambar : http://www.liverpoolscottish.org.uk/dare%20to%20be%20different1.jpg

Minggu, 11 Januari 2009

Pecahkan Persoalan Pada Akar Masalahnya



Oleh Betti Alisjahbana
Sumber Foto : Kabarindonesia.com

Seorang suami mengeluh pada dokternya bahwa istrinya belakangan ini mulai tuli. Si dokter menanyakan, seberapa dekat ia harus bicara sampai istrinya bisa mendengar. Sang suami tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Dokter lalu memintanya untuk mencari tau jawabannya.

Suami bergegas pulang. Di pintu gerbang rumah suami berseru : “Sayang, saya sudah pulang, kita makan apa malam ini ?”. Tidak terdengar jawaban. Memasuki pintu ruang tamu, suami kembali menyerukan pertanyaan yang sama, kali itu pun tidak terdengar jawaban. Masuk ke ruang tengah, suami kembali mengucapkan kalimat yang sama untuk ketiga kalinya, di sana pun ia tidak mendengar jawaban. Suami lalu mendekati istrinya yang pada waktu itu sedang memasak di dapur. Setelah dekat ia mengulangi kalimat yang sama : “ Sayang, saya sudah pulang. Kita makan malam apa malam ini ? “ Si istri lalu menjawab :”Malam ini kita makan ayam, sayang. Kan saya sudah menjawabnya empat kali. ”

Cerita di atas hanyalah sedikit ilustrasi bahwa sebelum memecahkan masalah kita perlu tau akar masalahnya, bila tidak, tentunya masalahnya tidak akan terpecahkan.

Berbagai Usaha mengurangi Kemacetan Lalu Lintas

Hari Senin minggu lalu, jam masuk sekolah dimajukan menjadi jam 6:30 pagi untuk mengurangi kemacetan lalu lintas. Lalu, untuk tujuan yang sama, dalam waktu dekat, jam kerja kantor swasta akan di atur sesuai dengan lokasi kantor : Jakarta Utara dan Pusat 07:30 – 15:30, Jakarta Barat dan Timur 08:00 – 16:00, Jakarta Selatan 09:00 – 17:00. Jam kerja kantor pemerintah tidak mengalami perubahan karena terkait pelayanan warga, demikian juga Bank, dikecualikan dari pengaturan.

Usaha penyebaran waktu perjalanan menuju dan pulang kantor untuk mengurangi kemacetan lalu lintas tentu sah-sah saja. Permasalahannya, bisakah Pemda DKI mengatur jam kantor perusahaan ? Setiap perusahaan mempunyai kebijakan dan pengaturan kerja masing-masing. Dasarnya bukan lokasi kantor, tapi bagaimana agar perusahaan dapat melayani dan memenuhi kebutuhan pelanggannya lebih baik dari pesaingnya dan agar perusahaan berkinerja baik. Pelanggan suatu perusahaanpun tidak terbatas pada pelanggan di dalam negeri, tetapi juga di berbagai negara. Kantor pemerintah dan Bank dikecualikan dari pengaturan jam kerja dengan alasan harus melayani warga. Pertanyaannya, apakah hanya kantor Pemerintah dan Bank yang harus melayani ? Dalam situasi ekonomi yang sulit seperti ini, untuk survive, layanan pelanggan yang prima adalah salah satu kuncinya.

Trasportasi publik yang tidak memadai, akar masalah kemacetan Jakarta

Saya jadi teringat pada nasihat, pecahkan persoalan pada akar masalahnya. Megatur jam kerja kantor swasta adalah salah satu pemencahan kemacetan lalu lintas. Tapi saya yakin, kalaupun itu berhasil dilakukan, hasilnya hanya bersifat jangka pendek saja. Saya berpendapat, pemecahan itu tidak pada sumber permasalahannya.

Penyebab kemacetan di Jakarta adalah tidak seimbangnya antara volume kendaraan dengan jumlah ruas jalan yang ada. Hal ini biasa terjadi di kota-kota yang tidak memiliki transportasi publik yang memadai. Jadi, bila ingin memecahkan kemacetan Jakarta, Pemda DKI harus lebih serius dalam menyediakan fasilitas trasportasi publik yang nyaman, anti macet dan memberikan waktu tempuh yang lebih singkat. Bila ini ada, kecenderungan penduduk Jakarta untuk memiliki kendaraan sendiri akan berkurang secara signifikan. Juga bila fasilitas transportasi publik yang baik telah tersedia, pembatasan pemilikan kendaraan pribadi melalui ERP ( Electronic Road Pricing), peningkatan biaya pemilikan kendaraan, pajak bahan bakar, pajak kendaraan bermotor, bea masuk yang tinggi dll. bisa dilakukan.

Busway antara harapan dan realita

Ketika pembangunan Busway mulai dilakukan, sebetulnya saya sangat berharap bahwa Busway bisa menjadi solusi bagi kemacetan di Jakarta. Apalagi dalam konsepnya Busway ini dipadukan dengan KRL ( Kereta Rel Listrik). Saya pun pernah membaca bahwa Sistem Busway di Jakarta yang menjadi kajian studi Masyarakat Transportasi Asia Timur ini dianggap mengesankan. Dengan panjang total 100 kilometer, sistem ini adalah yang terpanjang di dunia.

Jadi ketika dalam proses pembangunan jalur khususnya, saya yang tinggal di kawasan Ragunan harus kena macet yang luar biasa, saya pun dengan rela menerimanya, toh ini demi kebaikan jangka panjang. Terbayang dalam benak saya, suatu saat saya akan naik Busway ke kantor. Pada saat itu kantor saya di gedung Landmark. Dalam bayangan saya, waktu tunggu Busway akan 5 menit sesuai dengan yang dijanjikan, Busway akan bebas macet, karena menggunakan jalur khusus, sehingga waktu tempuh ke kantor ; Ragunan – Landmark, tidak akan lebih dari setengah jam.

Kini, dua tahun setelah pembangunannya, bayangan itu jauh dari kenyataan. Antrian di halte tunggu Ragunan dan halte tunggu Landmark sering sangat panjang. Waktu tunggu yang seharusnya 5 menit, ternyata sekitar setengah jam. Di dalam bus pun terlihat sangat padat, jauh dari nyaman. Lalu, karena jalur busway nya sering kosong, kendaraan lain pun turut menggunakan jalur tersebut. Sebagai akibatnya, waktu tempuh yang pendekpun tidak tercapai. Dalam keadaan seperti itu, tentu saja kebanyakan orang tetap memilih memakai kendaraan pribadinya, termasuk saya.

Saya pribadi berpendapat, dari pada mengatur jam kantor swasta, yang bukan merupakan akar masalah, kenapa Pemda DKI tidak lebih serius membenahi transportasi publik, yang merupakan akar masalah. Beberapa hal yang bisa dilakukan misalnya :
1.Penambahan armada untuk mengurangi penumpukan calon penumpang.
2.Pendekkan selang waktu antar bus.
3.Penambahan fasilitas seperti toilet umum.
4.Pengaturan calon penumpang.
5.Penertiban jalur busway bersama dengan aparat kepolisian.

Semoga harapan untuk melihat Jakarta memiliki transportasi publik yang nyaman, anti macet, waktu tempuh singkat bisa tercapai, sehingga banyak orang akan dengan senang hati menggunakannya dan kemacetan lalu lintas berkurang drastis. Sambil menunggu, kami memanfaatkan TIK dalam proses kerja kantor kami, sehingga kami bisa bekerja dari mana saja dan kapan saja tanpa perlu bermacet-macet, kecuali bila barus bertemu klien. Dengan demikian, bila Pemda DKI mengatur jam kantor, kami pun tidak perlu pusing.

Salam hangat penuh semangat
Betti Alisjahbana