Senin, 26 Januari 2009

Merangsang Kreativitas dan Inovasi



Tahun 2009 telah dicanangkan sebagai Tahun Indonesia Kreatif. Industri kreatif diharapkan akan tumbuh dan berkembang dan memberikan kontribusi yang semakin besar terhadap perekonomian Indonesia. Kreatifitas tidak hanya dibutuhkan oleh mereka yang bergerak di industri kreatif, melainkan oleh semua, baik organisasi maupun perorangan. Ditengah persaingan yang semakin ketat dan tantangan krisis ekonomi kini, kreatifitas menjadi semakin dibutuhkan untuk sukses dan berprestasi cemerlang.

Kreatifitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk berimaginasi dan menghasilkan ide-ide baru dengan mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan ide-ide yang sudah ada dengan cara yang belum dipikirkan sebelumnya. Ide-ide kreatif yang kemudian diproses melalui beberapa tahapan sehingga menghasilkan produk atau jasa atau model bisnis disebut inovasi.

Faktor-faktor yang mempegaruhi kreativitas

Klukken, Parsons, dan Columbus [1] menginterview delapan insinyur yang dikenal sangat kreatif. Dari interview itu disimpulkan, ada empat hal yang menurut para insinyur itu mempengaruhi kreatifitas mereka :
1.Motivasi personal. Para insinyur ini mencari kesempatan untuk kreatif dan berusaha untuk mencari solusi yang baru dan berbeda, termasuk pada problem-problem yang tampak biasa.
2.Lingkungan. Para insinyur ini berkibar dalam lingkungan yang memberikan kebebasan untuk bereksperimen dan boleh gagal dalam upaya untuk mengejar ide-ide baru.
3.Keahlian dan keterbukaan. Mereka ahli di bidangnya namun tetap terbuka pada informasi dan ide-ide baru. Mereka bisa menerima pendekatan-pendekatan baru, terutama dari sumber yang diluar bidang keahliannya.
4.Proses. Para insinyur ini sangat menikmati pengalaman subjektif yang di dapat dari berbagai tantangan dan proses melahirkan inovasi. Mereka sangat terlibat dengan masalah yang ingin dipecahkannya.

Hal-hal yang menghambat kreatifitas

Semua orang punya bakat kreatif, namun demikian tidak semua orang kreatif. Mengapa demikian ? Ada hal-hal yang menghambat kreatifitas. Banyak orang menghindari dan menyangkal masalah sampai terlambat. Padahal masalah adalah peluang untuk lahirnya kreatifitas.

Merasa tidak mungkin adalah penghambat kreativitas lainnya. Ketika kita merasa bahwa sesuatu tidak mungkin dilakukan, sebetulnya kita telah kalah sebelum perang. Mirip dengan ini adalah merasa tidak mampu. Beberapa orang berpikir bahwa suatu masalah hanya bisa di pecahkan oleh ahlinya yang bukan dirinya. Mereka merasa tidak cukup cerdas dan berpengalaman. Padahal, pikiran yang optimis , sikap positif disertai dengan ketrampilam memecahkan masalah sangat besar pengaruhnya dalam kreatifitas.

Merasa tidak kreatif. Semua orang mempunyai bakat kreatif. Amati saja anak-anak ketika mereka bermain dan berkhayal, sungguh kreatif. Masalahnya sistem pendidikan saat ini telah menghambat kreatifitas. Karenanya, yang perlu dilakukan adalah membuat kreatifitas ini muncul lagi ke permukaan.

Dalam usaha kita untuk selalu tampil dewasa dan canggih, seringkali kita memupus sikap kreatif dan ceria yang menandai masa kecil kita. Padahal ketika kita bisa memecahkan suatu masalah penting, siapa yang peduli kalau kita kekanak-kanakan. Bukankah bermain itu menyenangkan ?
Tidak berani tampil beda karena kuatir pada penilaian orang lain adalah penghambat kreativitas yang lain. Seakan-akan ada tekanan sosial yang memaksa kita patuh, menjadi orang biasa dan tidak kreatif.


Sepuluh tips perangsang kreativitas

Semua orang bisa kreatif. Berikut ini adalah sepuluh tips yang bisa dilakukan untuk merangsang kreativitas :
1.Tenggelamkan diri kita dalam suatu domain atau problem. Pelajari sedalam mungkin, jadilah ahlinya. Hal ini tentu membutuhkan waktu, usaha dan komitmen.
2.Jadilah orang yang subur dengan ide. Biarkan ide mengalir tanpa evaluasi dan kritik, termasuk ide-ide yang tidak biasa, tidak masuk akal dan menggelikan. Jangan risaukan ide yang tolol sekalipun. Bila kita tertawa pada ide kita, itu artinya kita ada di jalur yang benar.
3.Gunakan alat untuk menggambarkan ide-ide dan pemikiran kita. Catat ide-ide, tuliskan semuanya langsung ketika ide itu timbul, jangan sampai lupa. Jangan andalkan ingatan kita, bisa-bisa ide brilyan kita lewat begitu saja. Selain ditulis, buatlah sketsa, gambar dan diagram. Buat modelnya dengan memanfaatkan komputer dan buat prototipenya. Visualisasi sangat efektif untuk mewakili informasi. Gambar, model dan prototipe mengantar kita pada pemahaman dan penghayatan yang lebih mendalam. Banyak karya inovatif dilahirkan dengan membuat visualisasi yang baik.
4.Lemparkan ide-ide pada orang lain. Bangun kemampuan mengkomunikasikan ide kita dengan efektif. Kita harus bisa meyakinkan orang lain bahwa ide kita patut di tindak lanjuti.
5.Hindari pengambilan keputusan yang terlalu awal. Jangan puas dengan solusi yang biasa. Bila kita tahu satu cara untuk memecahkan masalah, cari cara yang lain. Hindari tekanan untuk mencapai solusi cepat. Jangan berhenti pada ide baik yang pertama. Setiap desain dapat diperbaiki. Ketika kita punya ide yang bagus, cari ide yang lebih bagus lagi.
6.Jangan takut untuk berbeda. Hindari tekanan kelompok. Jadilah pemikir yang bebas. Evaluasi informasi dengan kritis. Pertanyakan asumsi-asumsi. Jangan terjebak pada tradisi dan kebiasaan. Ambil resiko.
7.Terbukalah pada ide-ide baru. Coba perpektif yang bervariasi, peran yang berbeda atau sudut pandang yang berbeda. Pemahaman dan sudut pandang yang berbeda bisa juga datang dari orang dengan disiplin ilmu yang lain. Individu yang kreatif seringkali bisa memberikan kontribusi pada beberapa bidang.
8.Praktekkan dan pecahkan masalah. Desain sesuatu. Bangun pengalaman yang kuat. Lakukan secara teratur. Jadikan berpikir kreatif kebiasaan dan bagian dari keseharian. Sisihkan waktu setiap hari untuk menjadi kreatif. Hadapi halaman buku kosong dan isilah dengan ide-ide.
9.Tindak lanjuti ide-ide hingga tuntas. Selesaikan proyek yang sudah dimulai. Tidak seorang pun akan tahu seberapa kreatif kita kalau kita tidak merealisasikannya dan membawanya ke masyarakat.
10.Ambil kesempatan untuk bersantai, jalan-jalan atau berenang. Manjakan diri kita dengan sesuatu yang lain. Saat-saat seperti ini akan memberikan kesempatan untuk berpikir, dan seringkali, membawa hal-hal baru untuk dipikirkan. Pemahaman yang dalam kadang-kadang datang tanpa diduga pada saat sedang santai, jauh dari lingkungan pekerjaan.

Mencapai sukses membutuhkan ketrampilan analitis, kreatifitas dan ketrampilan praktis. Selama ini pendidikan lebih memberikan fokus pada ketrampilan analitis, karenanya sering kali bakat kreativitas yang kita miliki terpendam. Yang kita butuhkan adalah membuat bakat-bakat kreatif yang terpendam muncul kepermukaan. Selamat memunculkan bakat-bakat kreatif.

Salam hangat penuh semangat

Daftar Rujukan :
[1] Klukken, P.G., Parsons, J.R., and P.J. Columbus. “The Creative Experience in Engineering Practice: Implications for Engineering Education.” Journal of Engineering Education, April 1997, Vol. 86, No. 2, 133-138.

[2]Everyday Creativity: Principles for Innovative Design, Dr. Larry G. Richards
[3] Sumber Gambar : http://www.liverpoolscottish.org.uk/dare%20to%20be%20different1.jpg

Minggu, 11 Januari 2009

Pecahkan Persoalan Pada Akar Masalahnya



Oleh Betti Alisjahbana
Sumber Foto : Kabarindonesia.com

Seorang suami mengeluh pada dokternya bahwa istrinya belakangan ini mulai tuli. Si dokter menanyakan, seberapa dekat ia harus bicara sampai istrinya bisa mendengar. Sang suami tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Dokter lalu memintanya untuk mencari tau jawabannya.

Suami bergegas pulang. Di pintu gerbang rumah suami berseru : “Sayang, saya sudah pulang, kita makan apa malam ini ?”. Tidak terdengar jawaban. Memasuki pintu ruang tamu, suami kembali menyerukan pertanyaan yang sama, kali itu pun tidak terdengar jawaban. Masuk ke ruang tengah, suami kembali mengucapkan kalimat yang sama untuk ketiga kalinya, di sana pun ia tidak mendengar jawaban. Suami lalu mendekati istrinya yang pada waktu itu sedang memasak di dapur. Setelah dekat ia mengulangi kalimat yang sama : “ Sayang, saya sudah pulang. Kita makan malam apa malam ini ? “ Si istri lalu menjawab :”Malam ini kita makan ayam, sayang. Kan saya sudah menjawabnya empat kali. ”

Cerita di atas hanyalah sedikit ilustrasi bahwa sebelum memecahkan masalah kita perlu tau akar masalahnya, bila tidak, tentunya masalahnya tidak akan terpecahkan.

Berbagai Usaha mengurangi Kemacetan Lalu Lintas

Hari Senin minggu lalu, jam masuk sekolah dimajukan menjadi jam 6:30 pagi untuk mengurangi kemacetan lalu lintas. Lalu, untuk tujuan yang sama, dalam waktu dekat, jam kerja kantor swasta akan di atur sesuai dengan lokasi kantor : Jakarta Utara dan Pusat 07:30 – 15:30, Jakarta Barat dan Timur 08:00 – 16:00, Jakarta Selatan 09:00 – 17:00. Jam kerja kantor pemerintah tidak mengalami perubahan karena terkait pelayanan warga, demikian juga Bank, dikecualikan dari pengaturan.

Usaha penyebaran waktu perjalanan menuju dan pulang kantor untuk mengurangi kemacetan lalu lintas tentu sah-sah saja. Permasalahannya, bisakah Pemda DKI mengatur jam kantor perusahaan ? Setiap perusahaan mempunyai kebijakan dan pengaturan kerja masing-masing. Dasarnya bukan lokasi kantor, tapi bagaimana agar perusahaan dapat melayani dan memenuhi kebutuhan pelanggannya lebih baik dari pesaingnya dan agar perusahaan berkinerja baik. Pelanggan suatu perusahaanpun tidak terbatas pada pelanggan di dalam negeri, tetapi juga di berbagai negara. Kantor pemerintah dan Bank dikecualikan dari pengaturan jam kerja dengan alasan harus melayani warga. Pertanyaannya, apakah hanya kantor Pemerintah dan Bank yang harus melayani ? Dalam situasi ekonomi yang sulit seperti ini, untuk survive, layanan pelanggan yang prima adalah salah satu kuncinya.

Trasportasi publik yang tidak memadai, akar masalah kemacetan Jakarta

Saya jadi teringat pada nasihat, pecahkan persoalan pada akar masalahnya. Megatur jam kerja kantor swasta adalah salah satu pemencahan kemacetan lalu lintas. Tapi saya yakin, kalaupun itu berhasil dilakukan, hasilnya hanya bersifat jangka pendek saja. Saya berpendapat, pemecahan itu tidak pada sumber permasalahannya.

Penyebab kemacetan di Jakarta adalah tidak seimbangnya antara volume kendaraan dengan jumlah ruas jalan yang ada. Hal ini biasa terjadi di kota-kota yang tidak memiliki transportasi publik yang memadai. Jadi, bila ingin memecahkan kemacetan Jakarta, Pemda DKI harus lebih serius dalam menyediakan fasilitas trasportasi publik yang nyaman, anti macet dan memberikan waktu tempuh yang lebih singkat. Bila ini ada, kecenderungan penduduk Jakarta untuk memiliki kendaraan sendiri akan berkurang secara signifikan. Juga bila fasilitas transportasi publik yang baik telah tersedia, pembatasan pemilikan kendaraan pribadi melalui ERP ( Electronic Road Pricing), peningkatan biaya pemilikan kendaraan, pajak bahan bakar, pajak kendaraan bermotor, bea masuk yang tinggi dll. bisa dilakukan.

Busway antara harapan dan realita

Ketika pembangunan Busway mulai dilakukan, sebetulnya saya sangat berharap bahwa Busway bisa menjadi solusi bagi kemacetan di Jakarta. Apalagi dalam konsepnya Busway ini dipadukan dengan KRL ( Kereta Rel Listrik). Saya pun pernah membaca bahwa Sistem Busway di Jakarta yang menjadi kajian studi Masyarakat Transportasi Asia Timur ini dianggap mengesankan. Dengan panjang total 100 kilometer, sistem ini adalah yang terpanjang di dunia.

Jadi ketika dalam proses pembangunan jalur khususnya, saya yang tinggal di kawasan Ragunan harus kena macet yang luar biasa, saya pun dengan rela menerimanya, toh ini demi kebaikan jangka panjang. Terbayang dalam benak saya, suatu saat saya akan naik Busway ke kantor. Pada saat itu kantor saya di gedung Landmark. Dalam bayangan saya, waktu tunggu Busway akan 5 menit sesuai dengan yang dijanjikan, Busway akan bebas macet, karena menggunakan jalur khusus, sehingga waktu tempuh ke kantor ; Ragunan – Landmark, tidak akan lebih dari setengah jam.

Kini, dua tahun setelah pembangunannya, bayangan itu jauh dari kenyataan. Antrian di halte tunggu Ragunan dan halte tunggu Landmark sering sangat panjang. Waktu tunggu yang seharusnya 5 menit, ternyata sekitar setengah jam. Di dalam bus pun terlihat sangat padat, jauh dari nyaman. Lalu, karena jalur busway nya sering kosong, kendaraan lain pun turut menggunakan jalur tersebut. Sebagai akibatnya, waktu tempuh yang pendekpun tidak tercapai. Dalam keadaan seperti itu, tentu saja kebanyakan orang tetap memilih memakai kendaraan pribadinya, termasuk saya.

Saya pribadi berpendapat, dari pada mengatur jam kantor swasta, yang bukan merupakan akar masalah, kenapa Pemda DKI tidak lebih serius membenahi transportasi publik, yang merupakan akar masalah. Beberapa hal yang bisa dilakukan misalnya :
1.Penambahan armada untuk mengurangi penumpukan calon penumpang.
2.Pendekkan selang waktu antar bus.
3.Penambahan fasilitas seperti toilet umum.
4.Pengaturan calon penumpang.
5.Penertiban jalur busway bersama dengan aparat kepolisian.

Semoga harapan untuk melihat Jakarta memiliki transportasi publik yang nyaman, anti macet, waktu tempuh singkat bisa tercapai, sehingga banyak orang akan dengan senang hati menggunakannya dan kemacetan lalu lintas berkurang drastis. Sambil menunggu, kami memanfaatkan TIK dalam proses kerja kantor kami, sehingga kami bisa bekerja dari mana saja dan kapan saja tanpa perlu bermacet-macet, kecuali bila barus bertemu klien. Dengan demikian, bila Pemda DKI mengatur jam kantor, kami pun tidak perlu pusing.

Salam hangat penuh semangat
Betti Alisjahbana